
Kampung Wayang Kepuhsari. ©jatengprov.go.id
Merdeka.com – Di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, ada sebuah desa yang dikenal sebagai tempat pengrajin wayang. Pembuatan wayang di desa itu telah berlangsung sejak dahulu kala, bahkan sebelum Belanda menjajah Indonesia.
Keahlian membuat wayang diwariskan secara turun temurun di desa itu. Karena sejarahnya yang panjang dalam hal membuat kerajinan wayang, desa itu mendapat julukan “Kampung Wayang”.
Dikutip dari Jatengprov.go.id, kampung wayang merupakan sebutan lain dari Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. Di sana, kerajinan wayang sudah ada sejak abad ke-17.
Seiring berjalannya waktu, kerajinan wayang di tempat itu terus berkembang pesat. Berikut selengkapnya:
1 dari 5 halaman
Sejarah Kampung Wayang
©jatengprov.go.id
Secara historis, kerajinan pembuatan wayang di Desa Kepuhsari sudah ada sejak abad ke-17. Menurut penuturan masyarakat setempat, pada waktu itu ada seorang dalang bernama Ki Kondobuono.
Ia memiliki anak yang juga seorang dalang bernama Ki Gunowasito. Ki Gunowasito memiliki anak bernama Ki Prawirodiharjo yang memiliki delapan anak yang semuanya menjadi dalang.
Tiga dari delapan anak Ki Prawirodiharjo tinggal di Kepuhsari. Sejak saat itulah seni kerajinan wayang berkembang di desa itu.
“Dulu wayang masuk ke sini dalam bentuk gulungan kertas atau daun atau yang lainnya. Namun kini setelah ganti pemimpin, wayang bisa dinikmati dalam bentuk lain,” kata Retno Lawiyasari, Perwakilan anggota Sanggar Asto Kenyo Art Kampung Wayang dikutip dari Jatengprov.go.id.
2 dari 5 halaman
Keunggulan Wayang Kepuhsari
©jatengprov.go.id
Dilansir dari Jatengprov.go.id, kerajinan wayang di Kepuhsari terhitung rapi dan halus. Bahkan pemerintah pernah memesan wayang mereka untuk momen-momen besar, salah satunya acara Asian Games 2018.
Pada saat itu, 65 set souvenir wayang dipesan. Beberapa di antaranya wayang Bhin Bhin, Atung, dan Kaka yang menjadi maskot acara tersebut.
Tak hanya itu, sejumlah dalang kondang juga memesan wayang hasil karya pengrajin di Kepuhsari, di antaranya Ki Manteb Sudharsono, mendiang Ki Enthus, dan dalang-dalang lainnya.
3 dari 5 halaman
Mendongkrak Perekonomian Warga
©jatengprov.go.id
Julukan Kampung Wayang yang melekat di desa itu pada nyatanya mampu mendongkrak perekonomian warga. Dalam satu bulannya, setidaknya ada 500 wayang dari Kepuhsari yang terjual.
Tak hanya itu, pengelola Kampung Wayang juga telah menawarkan paket wisata. Dengan paket wisata, para wisatawan dapat mengikuti workshop pembuatan wayang kulit, menginap di homestay, belajar tatah sungging wayang, belajar melukis wayang di kaca, dan berbagai pilihan lainnya.
Hal itulah yang membuat banyak wisatawan datang ke Kampung Wayang. Bahkan mereka tidak hanya datang dari dalam negeri, tapi banyak juga yang datang dari luar negeri seperti dari China, Inggris, Prancis, Jerman, Hungaria, dan masih banyak lagi.
4 dari 5 halaman
Kaya Inovasi
©jatengprov.go.id
Dikutip dari Jatengprov.go.id, para pengrajin wayang di Desa Kepuhsari terdiri dari pengrajin tua dan muda. Tercatat ada 140 warga di desa itu yang menjadi pengrajin wayang.
Dalam menghasilkan kerajinan wayang, mereka terus melakukan inovasi. Beberapa contohnya lukisan wayang kulit di atas kaca, batik bertema wayang, hiasan dinding, kerajinan tangan, dan sebagainya.
5 dari 5 halaman
Diwariskan Secara Turun-temurun
©kampungwayangkepuhsari.com
Kerajinan wayang di Desa Kepuhsari diajarkan anak-anak sejak kecil. Bahkan sepulang sekolah, mereka biasanya langsung menuju sanggar untuk berlatih membuat wayang.
Saat mengunjungi desa itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo begitu tertarik dengan seorang anak yang tengah membuat kerajinan wayang.
Kepada anak itu, dia diminta membuatkan wayang dengan wajah dirinya yang sedang menggunakan masker.
(mdk/shr)
Banyak orang hebat di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi
semua. Yuk daftarkan mereka sebagai Sosok Merdeka!